Benar saja, Dimas telah stay di depan rumah Aqila jam 7 pagi. Bahkan orang yang di jemputnya itu belum siap-siap,alhasil ia harus menunggu sang primadona sekolah itu di temani ngobrol oleh Hendra selagi Aqila siap-siap.
20 menit waktu yang di habiskan Aqila untuk beres-beres, ia terlihat sangat cantik dengan style nya hari ini,terlihat modis dengan celana jens biru dongker,baju kaus putih dengan sedikit motif bunga,di lapisi dengan gardigan pink muda dan bando putih dengan bintik-bintik hitam,persis seperti warna panda.
Mereka berpamitan dengan Hendra.
"hati-hati ya disana", mengecup dahi putri nya.
Aqila tersenyum dan berjalan mendahului Dimas.
"cewek kalau siap-siap tu ribet ya", ujar cowok di samping nya dengan pandangan fokus ke depan jalanan yang mulai terlihat padat.
"siapa suruh lo jemput gue pagi banget ".
Aqila melirik Dimas sekilas,lalu pandangan nya jatuh pada setangkai bunga mawar pink yang ada di depan setir mobil Dimas.
"mawar pink " Aqila membatin.
Lalu seutas senyum muncul di wajah nya,dan kembali mengalihkan pandangan ke jendela mobil,memperhatikan jalanan.
Dimas melirik cewek di samping nya yang tampak menahan senyum, " kenapa lo? Senyum-senyum gitu".
"enggak", menetralkan wajahnya kembali.
Dimas mengernyitkan dahi nya,lalu kembali mengalihkan pandangan nya pada jalanan.
Mobil Dimas tepat berhenti di parkiran sekolah,telah banyak murid SMA Bakti Jaya yang berkumpul di dekat bis sekolah yang akan membawa mereka nanti ke lokasi kemping. Aqila turun dari mobil dan berjalan mendekati teman-teman nya yang lain.
"qil kok lo berangkat bareng Dimas sih?", tanya Dafa tidak suka.
"suka suka gue lah", jawabnya ketus.
"sakit nya tuh disini tau gak dit", Dafa memasang tampang drama nya,dan dengan tangan yang ada di dada.
"lebay lo" ,Adit yang sedang membaca buku,menoyor kepala Dafa.
Lisa hanya memperhatikan sambil menahan senyum. Di kejauhan tampak Dimas sedang berbicara dengan Bu Kinar selaku wali kelas, Pak Rico selaku guru olahraga dan pembina kemping untuk 3 hari kedepan,dan Bu Tias selaku wakil kepala sekolah. Ketiga guru itu akan ikut mendampingi semua anak kelas 12 untuk pelaksanaan kemping.
"erhhhmm,serius amat merhati in Dimas nya", tiba-tiba ada seseorang yang berdehem tepat di samping Aqila.
Aqila menoleh dan mendapati Ari tengah berdiri di samping nya dengan tangan yang di lipat di depan dada. Ia menghembuskan nafas berat, "elo lagi elo lagi", keluhnya males.
"ya iya lah gue lagi,gue kan juga ikut".
Aqila tak menanggapi lagi,ia hanya menyibukkan diri dengan hp nya.
"suka ya sama Dimas", bisik Ari tepat di telinga Aqila.
Tangan cewek itu berhenti memainkan hp nya,dengan tatapan datar namun tajam ia menatap Ari yang tersenyum menyebalkan.
"loh Ari lo udah dateng,di tungguin juga", Aqila yang siap untuk mencerca cowok itu dengan mulutnya,harus di urungkan nya saat mendengar suara Lisa. Ia mengalihkan pandangan nya pada Lisa yang tengah tersenyum menatap Ari.
"lo kenal sama dia?", menunjuk Ari.
"ya kenal lah qil,kemaren pas gue lagi pergi sama nyokap,gue ketemu dia di jalan karna mobil nyokap mogok,trus di bantuin deh sama dia,lagian dia kan anak basket juga,masak gue gak kenal ".
Aqila tak menanggapi ia hanya mengangkat satu alis nya,jika sudah bersangkutan dengan cowok ini,udara yang tadi nya tidak panas-panas banget berubah suhu begitu saja.
"dia baik loh qil", ujar Lisa.
"menurut lo kali", Tanggap Aqila cuek.
"o iya lis,nih kaset nya,disana lengkap banget lagu -lagu dj terpopuler", Ari menyerahkan kaset itu dengan senyum yang mengembang.
"wih,makasih ya ri", Lisa sangat senang saat mendapatkan kaset itu,karna jujur sudah lama ia menginginkan kaset yang berisi lengkap lagu lagu dj.
"iya sama sama".
Aqila hanya menatap malas dua orang yang terlihat sangat akrab itu. Tatapan mereka bertemu saat Ari menoleh dan mendapati Aqila yang tengah menatap nya,lalu di berikan nya senyum manis pada cewek yang benar-benar jutek itu, khusunya kepada diri nya sendiri.
Aqila memalingkan wajahnya,ia sedikit salah tingkah karna di tatap Ari begitu. Apalagi cowok itu menatapnya dengan senyuman yang benar-benar membuat cewek mana pun meleleh.
.........
Lokasi kemping yang di pilih oleh pihak sekolah kali ini adalah Hutan Pohon Pinus Loji Bogor,keadaan yang sunyi,tenang,dan segar menjadi alasan utama kenapa tempat itu di pilih menjadi lokasi kemping SMA Bakti Jaya. Tidak lama waktu yang di tempuh untuk sampai ke sana,berhubung jalanan tidak terlalu padat,hanya membutuhkan waktu 2,5 jam.
Mereka telah mendapatkan tempat yang pas untuk mendirikan tenda,dan untuk berlangsung nya kegiatan nanti.
Aqila merentangkan tangan nya dengan mata tertutup, dan menghirup udara segar. Di ikuti oleh Lisa yang berada di samping nya.
"ya ampun Aqila minta di peluk ya,jangan disini dong kan banyak orang " , Dafa berdiri tepat di depan Aqila,dan kembali menggoda cewek itu dengan senyuman gombal andalan nya.
Aqila memutar mata nya betek, "lo tu ya ngerusak mood gue mulu tau gak, eh mending lo bawa nih teman lo jauh-jauh dari gue deh,dari pada gue lempar nih pake sepatu", ujarnya emosi kepada Dimas dan Adit yang tidak salah apa-apa.
"kok gitu sih qil kan,babang Dafa pingin deket sama qila ", kembali tersenyum menggoda.
"DAFAAA", Aqila berteriak kesal dan mengundang perhatian teman-teman mereka yang lain.
"udah yuk ah lo ikut kita aja,dari pada Aqila darah tinggi klau deket lo", Adit menarik Dafa menjauh di ikuti Dimas yang merangkulnya,ia masih saja tersenyum gak jelas kepada Aqila.
"eh ini emang hutan,tapi gue disini bukan mau denger lo teriak-teriak ya", ujar Angel setengah berteriak,karna posisinya yang sedikit jauh dari Aqila berdiri.
"diem lo,ikut campur aja", timpalnya ketus.
"eh biasa aja dong", balas Angel tak kalah ketus.
"udah ah,gak baik emosi-emosi gitu", Lisa mengusap punggung sahabat nya itu,guna meredakan kekesalan nya, "lagian kan lo tau sendiri Dafa tu gimana orang nya".
Aqila hanya memasang wajah betek nya.
"ok semua nya,mohon perhatian nya sebentar".
Terdengar suara lantang dari Bu Tias,berdiri sejajar dengan dua guru lain nya. Kalau masalah suara sudah pasti guru ini pemenang nya, " silahkan kalian diri kan tenda masing-masing,di sebelah kanan khusus untuk murid cowok dan sebelah kiri nya tenda cewek,ok silahkan lakukan tugas kalian,60 menit lagi kita kembali berkumpul", ujarnya meninggalkan lokasi di iringi dua guru yang lain nya.
Semua nya menyebar untuk mendirikan tenda masing-masing,pasti nya bersama teman satu tenda yang mereka mau.
Aqila menghembuskan nafas berat,dan menatap gundukan tenda yang ada di depan nya. Masih tergelatak di tanah. Ini yang paling tidak di sukai oleh seorang Aqila,mendirikan tenda. Ia paling malas jika sudah berhubungan dengan hal tersebut,kenapa tidak ia sama sekali tidak mengerti bagaimana cara agar tumpukan kain untuk tenda ini berdiri.
"qil ayo dong,bantuin gue,gimana sih lo berdiri doang", Lisa mulai kesal dengan satu sahabat nya ini,dari tadi hanya berdiri dan menatap tumpukan tenda ini tanpa berbuat apa-apa,jangan kan menolong mendirikan,memegang saja nihil.
"gue gak bisa diri in tenda Lisa", tekan nya,sambil mengangkat bahu.
Lisa menampak kan ekspresi kesal nya, "gak bisa di harepin lo".
"emang gue gak bisa,mau gimana lagi".
"mau gue bantuin!"
Dua cewek itu menoleh ke sumber suara,tampak seseorang yang tengah tersenyum kepada mereka.
"boleh", jawab Lisa antusias.
Aqila memalingkan wajah nya malas,siapa lagi orang yang bakal di berikan Aqila ekspresi seprti itu,kalau bukan Dafa atau gak Ari. Tapi pastinya ini bukan Dafa,karna gak mungkin seorang Dafa semanis ini.
Yap ini Ari.
Ari membantu Lisa dan Aqila mendirikan tenda,tapi lebih tepat nya membantu Lisa, karna sedari tadi Aqila hanya diam bersandar di bawah pohon sambil memainkan handphone nya. Hanya butuh waktu 10 menit untuk Ari mendirikan nya, ia sangat cekatan dalam mendirikan tenda,seperti ia yang sedang mendrible bola basket di lapangan. Terliht cool,dan ganteng dengan lengan jaket yang di lipat sampai siku.
"mkasih ya ri,kalau gak ada lo gak ngerti deh gur minta bantuan sama siapa " Lisa tersenyum.
Ari mengangguk,pandangan nya beralih ke satu cewek yang berdiri yang sekarang melipat tangan di dada. Entah lah, ia tak mengerti apa yang membuat cewek ini begitu judes pada nya.
"udah, Aqila orang nya emang gitu,tapi baik kok", Lisa berbisik saat ia menyadari cowok ini tengah memperhatikan sahabatnya yang benar-benar cuek itu.
Ari mengangguk, "udah paham aja sih gue sama dia".
Kamis, 22 September 2016
Kamis, 15 September 2016
Akhir Cerita? ~ Part 5
Hari ini sekolah bubar lebih awal, berhubung besok kemping, maka dari itu pihak sekolah membubarkan sekolah lebih awal agar para murid dapat mempersiapkan keperlukan mereka untuk besok.
Kemping akan di laksanakan 3 hari 2 malam, mulai dari hari jumat sampai minggu.
Lisa melirik jam tangan nya, "hmm guys kayak nya gue gak bisa ikut kalian ke mall deh,soal nya gue ada janji sama nyokap",menatap satu persatu teman nya.
"ya gak asik dong,gak ada Lisa" ujar Dafa sok memelas.
Lisa menahan senyum geli nya melihat Dafa.
"ih tampang lo daf,jijik gue", Adit mendorong Dafa yang ada di samping nya dengan tampang jijik.
"sorry ya."
"ya udah gak papa kok,kita berempat aja".
"beneran,makasih Aqila ku",memeluk Aqila. " ya udah kalau gitu gue duluan ya,sampe in sama Dimas", teriaknya sambil melembaikan tangan dan masuk ke dalam mobil jemputannya.
Aqila mendengus sambil melirik Dafa yang tengah tersenyum gak jelas kepada nya dan mengedip-ngedipkan mata nya, " kenapa sih tu temen lo,kelilipan ya ", ujar nya kesal pada Adit.
Adit terkekeh pelan, " dia tu kelilipan cinta lo qila".
"ih alay".
"loh kok bertiga doang,Lisa mana?", Dimas yang baru datang langsung celingak celinguk mencari keberadaan satu sahabat nya yang hilang.
"udah pulang,kata nya sih ada urusan sama nyokap nya".
"oohh,", Dimas manggut manggut atas jawaban Aqila barusan, "sayang banget ya", gumamnya pelan, entah pada siapa di tujukan nya gumaman itu. Aqila mengernyitkan dahi nya,mendengar samar-samar apa yang di ucapkan oleh Dimas yang tepat di samping nya.
"apa dim? Lo ngomong apa barusan?".
"e...e bukan apa-apa kok,gue cuman bilang,sayang aja Lisa gak pergi kan kita jadi kurang gitu".
Aqila mengangguk,namun ia masih memperhatikan Dimas yang ia tidak tau kenapa berubah jadi gagu dan gugup begitu.
"e Aqila,nanti di mall jalan nya sama babang Dafa ya", Dafa menarik Dimas dari samping Aqila,mengganti nya dengan diri nya sendiri.
Aqila tersenyum di paksa kan, "ogah", jawabnya ketus dan melepaskan tangan Dafa yang merangkulnya. Ia berjalan meninggalkan 3 cowok itu,yang dua normal,tapi yang satu sudah gila stadium satu.
"kasian,di tolak lagi ya,yang sabar ya", Ujar Dimas prihatin,namun lebih terdengar meledek,dengan senyum yang di tahan dan tangan yang menepuk pundak sohibnya itu.
"ngeledek aja lo terus", ujar Dafa betek.
Dimas semakin tertawa dan semakin meledek sahabatnya itu.
"udah ah,yuk susul Aqila nya", Adit merangkul kedua pundak sahabat karib nya itu,dan berjalan menyusul Aqila.
.........
"makasih ya,udah di anterin", Aqila menatap sahabatnya itu dengan senyuman manis andalannya.
"kayak sama siapa aja", mengacak-acak rambut cewek yang ada di samping nya itu.
Aqila tersenyum dan keluar dari mobil sport hitam itu,sudah cukup malam Aqila pulang,karna mereka sibuk berkeliling mall untuk membeli cemilan buat besok,di tambah Aqila yang membeli keperluan lain,seperti aksesoris khas untuk cewek. Jadi,mau tak mau 3 cowok ganteng nan mempesona itu harus mengikuti Aqila.
"e qil", Dimas memanggil Aqila yang hendak memasuki pagar rumah nya,dengan cepat ia keluar mobil.
"kenapa?"
"e.. Enggak kenapa-kenapa sih,gue cuman mau nanya,apa sih yang di suka sama cewek?", tanya nya sedikit gugup.
Aqila menatap Dimas dengan kernyitan di dahi nya. "ngapain lo nanya kayak gitu?".
"ya cuman mau tau aja, jawab aja kenapa sih".
"jangan bilang lo lagi naksir cewek?", Aqila menatap cowok di depan nya itu dengan tatapan tajam menyelidik.
"ya gitu deh,kalau lo sendiri suka apa an?".
Aqila tampak berfikir, " gue suka sama bunga mawar pink".
Dimas mengangguk.
"emang lo naksir sama siapa sih?", Aqila mulai penasaran,karna baru pertama kali ini lah Dimas sang kapten tim basket dan juga ketua osis ini menanyakan perihal yang berhubungn dengan cewek.
Dimas tersenyum jail pada sahabat nya itu, "ih kepo",mencubit hidung Aqila, "gih sana masuk,trus satu lagi lutunya di obatin,entar makin parah lagi".
Aqila kembali mengernyitkan dahinya,melihat Dimas yang aneh dengan senyuman yang bagi nya benar - benar gak jelas,bahkan sampai mobil itu menghilang di belokan gang.
"aneh",gumamnya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
.........
Malam ini Aqila tengah membenahi barang-barang nya besok untuk kemping,memasukkan nya ke ransel yang lumayan besar. Namun di tengah aktivitas itu, ia teringat akan percakapan nya tadi bersama Dimas.
"Dimas naksir cewek,siapa?",pikirnya.
Lamunan itu harus buyar saat di dengar nya pintu kamar terbuka, "sayang", sapa orang yang masuk tersebut. Siapa lagi yang berani masuk kamar nya tanpa mengetuk pintu,sudah pasti itu papa nya.
"belum tidur?", mendekati putri tunggal nya itu.
"belum pa,ini lagi beres-beres buat kemping besok".
"o gitu,ya udah tapi jangan malem-malem ya tidur nya", Hendra mengusap puncak kepala anak nya dengan penuh kasih sayang.
Aqila tersenyum,dan kembali melanjutkan aktivitas nya saat sang ayah telah keluar kamar. Ia meraih hp nya yang bergetar.
"Besok pergi nya bareng gue ya qil!"
"Tumben lo yang ngajak gue,biasa nya kalau gak gue yang minta tebeng, gak bakal mau lo jemput gue."
"Ya gue pingin bareng aja,ya udah besok gue jemput ya,good night qil :-)"
Aqila tidak membalas lagi pesan dari Dimas,ia sibuk dengan pikiran nya sekarang yang penuh dengan tanda tanya.
"sumpah ni anak aneh habis",gumam nya.
Minggu, 11 September 2016
Akhir Cerita? ~ Part 4
Aqila menatap tajam dua orang yang ada di depan nya ini dengan bergantian. Dimas dan Lisa yang merasa Aqila menatapi mereka dengan begitu intens saling pandang bingung.
"qil lo kenapa sih?", tanya Lisa.
"ngapain lo liatin kita kyk gitu?", kali ini Dimas angkat suara sambil mentap sahabat nya itu bingung.
Aqila mendekatkan wajahnya pada mereka, Lisa dan Dimas sedikit memundurkan kepalanya. " kalian tu bego,apa pura-pura bodoh", menatap mereka dengan intimidasi, "terutama elo", menunjuk Dimas.
"maksud lo? Emang gue ngapain?", Dimas mengernyitkan dahi nya.
"apa an coba maksud lo,nyuruh si Ari Ari itu buat bantuin gue beres-beres perlengkapan kemping?", Aqila akhirnya bersuara lagi yang kini telah berkacak pinggang.
"ya elah itu doang juga,slow aja kali kali qil", dengan santainya Dimas menjawab.
Aqila menatap nya makin tajam,wajahnya telah memerah ingin meledak,Lisa menyenggol lengan Dimas dengan pandangan masih pada orang yang sebentar lagi siap untuk memuntah kan lahar panas.
Dimas menghembuskan nafas berat ," ok ok gue minta maaf,tapi gue nyuruh Ari karna gue gak tega ngeliat lo sendirian di sekolah buat beres-beres, merangkul Aqila, "udah dong jangan marah".
Aqila memalingkan wajah nya kesal.
"lagian lo kenapa sebete ini sih?"
"eh pake nanya lagi lo,kalau dia gak tengil,gue gak akan sebete ini,ngerti lo", suara Aqila mulai meninggi.
"ya udah deh gue kan udah minta maaf,lain kali gak lagi deh,maaf ya", Dimas mencubit pipi Aqila sambil tersenyum jail.
"Dimas apa an sih lo nyubit-nyubit", menepis tangan Dimas.
Dimas tersenyum dan mengeratkan rangkulannya. Lisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah dua sahabat nya ini, sudah terdengar tawa dan canda mereka, diantara yag lain nya emang Dimas dan Aqila lah yang sering bercanda bersama. Kalau sama Adit jangan kan bercanda, ngomong aja gak bakal bisa, kalau dia udah megang buku.
"eh eh apa apa an nih", Dafa tiba2 datang dan melepaskan tangan Dimas yang merangkul Aqila. Tawa kedua nya hilang,apalagi Aqila,wajahnya langsung berubah malas.
"apa an sih lo daf", ujar Dimas kesal.
"lo nikung gue lo ya".
"siapa yang nikung lo? Gak usah sok sensi lo,emang Aqila pacar lo?"
"qila itu emang bukan pacar gue,tapi bakal jadi calon pacar,ya kan qil", tersenyum manis pada Aqila.
"nih calon pacar buat lo", menginjak kaki Dafa dan keluar dari kelas,malas untuk melihat tampang sok ganteng nya dafa.
Dafa refleks memegang kaki nya yang barusan di injak pujaan hatinya, dengan wajah yang meringis kesakitan, "awww, gila ya si qila, cantik-cantik tenaga nya kayak cowok".
Tawa Lisa dan Dimas pecah melihat sahabat nya itu, sudah jatuh tertimpa tangga pula,sudah di tolak berkali kali, nah sekarang malah dapet injakan maut dari seorang Aqila.
.........
"hai kak qila"
"pagi kak"
"makin cantik aja kak".
"kak Aqila".
Hiruk pikuk itu terdengar saat Aqila melewati koridor lantai satu,ia hanya membalas dengan senyuman. Siapa yang tidak terpesona dengan seorang Aqila Renata,cewek cantik dengan mata coklat dan hidung yang lumayan mancung,tajir,pintar, dan baik itu.
"cie kakak makin cantik aja".
Aqila mengerutkan dahinya,seperti tak asing dengan suara yang satu itu. Dia menoleh ke belakang dan mendapati seseorang tengah tersenyum padanya.
"hai"
"sok manis banget lo", balas nya ketus.
"eh emang lo gak tau kalau gue itu emang manis,ganteng lagi" , membentuk pose persis seperti cowok-cowok cool. Aqila menaikkan sebelah alisnya,lalu memutar mata nya malas.
"kiamat dunia bentar lagi,kalau semua cowok kyk begini", gumam nya dan melanjutkan jalan menuju kantin,Ari tersenyum dan mengikuti Aqila dari belakang.
Aqila yang tau ia tengah di ikuti mendengus kesal. Ari yang kaget langsung menubruk Aqila yang tiba-tiba berhenti.
"aduhhh,elo tu ya", Aqila menggeram kesal karna ia terjatuh dengan posisi lutut dan kedua tanganya menjadi tumpuan.
"sorry-sory gue gak sengaja", Ari memegang pundak cewek itu untuk membantu nya berdiri.
"ih elo ya,kemaren lo juga nabrak gue,sekarang lo nubruk gue juga,lo pengen bikin badan gue retak gara-gara di tabrak sama lo terus", suara Aqila menggelegar di sepanjang koridor lantai satu,ia masih memegang lututnya yang terasa sakit.
Perhatian semua orang tertuju pada mereka,bukan hanya anak kelas 10 tapi juga beberapa guru yang lewat disana.
Aqila sudah siap akan menyemprot Ari lagi,namun belum apa-apa mulutnya sudah di bekap Ari, ia memukul-mukul tangan Ari yang berada di mulutnya.
"lo gak liat kita jadi pusat perhatian kayak gini,udah diem", bisiknya tepat di telinga Aqila.
"kalian lagi ngapain,ini sekolah bukan tempat pacaran", Buk Santi,guru agama di SMA Bakti Jaya angkat suara. Jelas mereka di kira pacaran,karna Ari membekap mulut Aqila dari belakang dengan satu tangannya yang ada di pundak Aqila.
"enggak kok buk,ini juga mau pergi,misi ya buk", tersenyum sekilas,dan menarik Aqila ke samping sekolah yang sepi,dengan tujuan kalau Aqila teriak-teriak lagi gak bakal ada yang denger.
"apa-apa an sih lo", melepaskan tangan Ari dari mulutnya,dan menatap cowok tersebut dengan tatapan kesal.
Ari hanya diam tanpa merespon sedikit pun,ia melipat tangannya di depan dada,dan bersandar di dinding dengan wajah cool. Dia menatap Aqila tanpa berkedip, bukan tatapan terpesona, karna ada cewek cantik yang berdiri di depan nya,tapi dengan tatapan datar.
Aqila mendengus kesal karna melihat tampang songong di depannya ini, "bener-bener tengil lo ya", tunjuknya.
"lo tu emang cewek ribet ya,tdi aja di tempat rame lo teriak-teriak,nah giliran gue bawa ke tempat sepi lo diem,udah marah-marah aja lo depan gue,nih gue udah siapin telinga buat ngedengerin", mendektkan telinga nya pada Aqila.
Aqila mendorong Ari cukup kuat, "tengil", ia membalikkan badan,ngilu di lutunya kembali terasa saat dia mulai melangkah dengan satu tangan memegang lutunya. Dirasakan nya sebuah tangan memegang pundak nya,detik berikut nya ia sudah duduk di lantai dengan Ari di depan nya.
Ari memperhatikan lutut Aqila,dan hendak memegang nya,namun dengan cepat di tepis cewek itu.
"mau ngapain lo? Jangan modus deh".
"siapa yang mau modus? Gue mau nolongin juga,malah di marah-marah hin", Ari mulai kesal dengan sikap Aqila yang terus mencuragai nya.
Aqila menyadari perubahan mimik wajah cowok yang sekarang membuang muka darinya, ia meraih tangan Ari saat cowok itu bangkit dan hendak pergi.
Mereka saling tatap,saat tangan Aqila menggengam tangan Ari. Sedetik kemudin Aqila mulai menyadari tindakan nya,dan dengan cepat melepaskan tangan yang sedaritadi di pegang nya.
Ari hanya diam, "ya udah deh gue minta maaf,bantuin dong,masak lo ninggalin gue disini".
Ari mendengus dan membantu Aqila berdiri.
"gue baru tau, ternyata cowok kayak lo suka ngambek juga ya".
Ari menatap Aqila datar, "ada apa orang yang mau di curiga-curiga in, dan disalah-salah hin,nyata-nyata elo yang salah,berhenti mendadak,ya udah ketabrak kan"
"nah elo ngapain jalan di belakang gue".
"suka-suka gue lah".
"ya udah suka-suka gue juga lah".
Detik berikut nya mereka sama-sama terdiam karna cekcok yang gak jelas itu,mereka saling pandang,lalu tertawa bersama,entah apa yang mereka tertawa kan.
"berarti kita impas", ujar Aqila di tengah tawa nya. Ari ikut mengangguk angguk sambil mereda kan tawa nya,lalu tatapan nya jatuh pada cewek yang berdiri di depan nya yang masih saja tertawa. Tanpa di sadari nya terukir seulas senyum di bibirnya.
.........
"qil lo kenapa sih?", tanya Lisa.
"ngapain lo liatin kita kyk gitu?", kali ini Dimas angkat suara sambil mentap sahabat nya itu bingung.
Aqila mendekatkan wajahnya pada mereka, Lisa dan Dimas sedikit memundurkan kepalanya. " kalian tu bego,apa pura-pura bodoh", menatap mereka dengan intimidasi, "terutama elo", menunjuk Dimas.
"maksud lo? Emang gue ngapain?", Dimas mengernyitkan dahi nya.
"apa an coba maksud lo,nyuruh si Ari Ari itu buat bantuin gue beres-beres perlengkapan kemping?", Aqila akhirnya bersuara lagi yang kini telah berkacak pinggang.
"ya elah itu doang juga,slow aja kali kali qil", dengan santainya Dimas menjawab.
Aqila menatap nya makin tajam,wajahnya telah memerah ingin meledak,Lisa menyenggol lengan Dimas dengan pandangan masih pada orang yang sebentar lagi siap untuk memuntah kan lahar panas.
Dimas menghembuskan nafas berat ," ok ok gue minta maaf,tapi gue nyuruh Ari karna gue gak tega ngeliat lo sendirian di sekolah buat beres-beres, merangkul Aqila, "udah dong jangan marah".
Aqila memalingkan wajah nya kesal.
"lagian lo kenapa sebete ini sih?"
"eh pake nanya lagi lo,kalau dia gak tengil,gue gak akan sebete ini,ngerti lo", suara Aqila mulai meninggi.
"ya udah deh gue kan udah minta maaf,lain kali gak lagi deh,maaf ya", Dimas mencubit pipi Aqila sambil tersenyum jail.
"Dimas apa an sih lo nyubit-nyubit", menepis tangan Dimas.
Dimas tersenyum dan mengeratkan rangkulannya. Lisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah dua sahabat nya ini, sudah terdengar tawa dan canda mereka, diantara yag lain nya emang Dimas dan Aqila lah yang sering bercanda bersama. Kalau sama Adit jangan kan bercanda, ngomong aja gak bakal bisa, kalau dia udah megang buku.
"eh eh apa apa an nih", Dafa tiba2 datang dan melepaskan tangan Dimas yang merangkul Aqila. Tawa kedua nya hilang,apalagi Aqila,wajahnya langsung berubah malas.
"apa an sih lo daf", ujar Dimas kesal.
"lo nikung gue lo ya".
"siapa yang nikung lo? Gak usah sok sensi lo,emang Aqila pacar lo?"
"qila itu emang bukan pacar gue,tapi bakal jadi calon pacar,ya kan qil", tersenyum manis pada Aqila.
"nih calon pacar buat lo", menginjak kaki Dafa dan keluar dari kelas,malas untuk melihat tampang sok ganteng nya dafa.
Dafa refleks memegang kaki nya yang barusan di injak pujaan hatinya, dengan wajah yang meringis kesakitan, "awww, gila ya si qila, cantik-cantik tenaga nya kayak cowok".
Tawa Lisa dan Dimas pecah melihat sahabat nya itu, sudah jatuh tertimpa tangga pula,sudah di tolak berkali kali, nah sekarang malah dapet injakan maut dari seorang Aqila.
.........
"hai kak qila"
"pagi kak"
"makin cantik aja kak".
"kak Aqila".
Hiruk pikuk itu terdengar saat Aqila melewati koridor lantai satu,ia hanya membalas dengan senyuman. Siapa yang tidak terpesona dengan seorang Aqila Renata,cewek cantik dengan mata coklat dan hidung yang lumayan mancung,tajir,pintar, dan baik itu.
"cie kakak makin cantik aja".
Aqila mengerutkan dahinya,seperti tak asing dengan suara yang satu itu. Dia menoleh ke belakang dan mendapati seseorang tengah tersenyum padanya.
"hai"
"sok manis banget lo", balas nya ketus.
"eh emang lo gak tau kalau gue itu emang manis,ganteng lagi" , membentuk pose persis seperti cowok-cowok cool. Aqila menaikkan sebelah alisnya,lalu memutar mata nya malas.
"kiamat dunia bentar lagi,kalau semua cowok kyk begini", gumam nya dan melanjutkan jalan menuju kantin,Ari tersenyum dan mengikuti Aqila dari belakang.
Aqila yang tau ia tengah di ikuti mendengus kesal. Ari yang kaget langsung menubruk Aqila yang tiba-tiba berhenti.
"aduhhh,elo tu ya", Aqila menggeram kesal karna ia terjatuh dengan posisi lutut dan kedua tanganya menjadi tumpuan.
"sorry-sory gue gak sengaja", Ari memegang pundak cewek itu untuk membantu nya berdiri.
"ih elo ya,kemaren lo juga nabrak gue,sekarang lo nubruk gue juga,lo pengen bikin badan gue retak gara-gara di tabrak sama lo terus", suara Aqila menggelegar di sepanjang koridor lantai satu,ia masih memegang lututnya yang terasa sakit.
Perhatian semua orang tertuju pada mereka,bukan hanya anak kelas 10 tapi juga beberapa guru yang lewat disana.
Aqila sudah siap akan menyemprot Ari lagi,namun belum apa-apa mulutnya sudah di bekap Ari, ia memukul-mukul tangan Ari yang berada di mulutnya.
"lo gak liat kita jadi pusat perhatian kayak gini,udah diem", bisiknya tepat di telinga Aqila.
"kalian lagi ngapain,ini sekolah bukan tempat pacaran", Buk Santi,guru agama di SMA Bakti Jaya angkat suara. Jelas mereka di kira pacaran,karna Ari membekap mulut Aqila dari belakang dengan satu tangannya yang ada di pundak Aqila.
"enggak kok buk,ini juga mau pergi,misi ya buk", tersenyum sekilas,dan menarik Aqila ke samping sekolah yang sepi,dengan tujuan kalau Aqila teriak-teriak lagi gak bakal ada yang denger.
"apa-apa an sih lo", melepaskan tangan Ari dari mulutnya,dan menatap cowok tersebut dengan tatapan kesal.
Ari hanya diam tanpa merespon sedikit pun,ia melipat tangannya di depan dada,dan bersandar di dinding dengan wajah cool. Dia menatap Aqila tanpa berkedip, bukan tatapan terpesona, karna ada cewek cantik yang berdiri di depan nya,tapi dengan tatapan datar.
Aqila mendengus kesal karna melihat tampang songong di depannya ini, "bener-bener tengil lo ya", tunjuknya.
"lo tu emang cewek ribet ya,tdi aja di tempat rame lo teriak-teriak,nah giliran gue bawa ke tempat sepi lo diem,udah marah-marah aja lo depan gue,nih gue udah siapin telinga buat ngedengerin", mendektkan telinga nya pada Aqila.
Aqila mendorong Ari cukup kuat, "tengil", ia membalikkan badan,ngilu di lutunya kembali terasa saat dia mulai melangkah dengan satu tangan memegang lutunya. Dirasakan nya sebuah tangan memegang pundak nya,detik berikut nya ia sudah duduk di lantai dengan Ari di depan nya.
Ari memperhatikan lutut Aqila,dan hendak memegang nya,namun dengan cepat di tepis cewek itu.
"mau ngapain lo? Jangan modus deh".
"siapa yang mau modus? Gue mau nolongin juga,malah di marah-marah hin", Ari mulai kesal dengan sikap Aqila yang terus mencuragai nya.
Aqila menyadari perubahan mimik wajah cowok yang sekarang membuang muka darinya, ia meraih tangan Ari saat cowok itu bangkit dan hendak pergi.
Mereka saling tatap,saat tangan Aqila menggengam tangan Ari. Sedetik kemudin Aqila mulai menyadari tindakan nya,dan dengan cepat melepaskan tangan yang sedaritadi di pegang nya.
Ari hanya diam, "ya udah deh gue minta maaf,bantuin dong,masak lo ninggalin gue disini".
Ari mendengus dan membantu Aqila berdiri.
"gue baru tau, ternyata cowok kayak lo suka ngambek juga ya".
Ari menatap Aqila datar, "ada apa orang yang mau di curiga-curiga in, dan disalah-salah hin,nyata-nyata elo yang salah,berhenti mendadak,ya udah ketabrak kan"
"nah elo ngapain jalan di belakang gue".
"suka-suka gue lah".
"ya udah suka-suka gue juga lah".
Detik berikut nya mereka sama-sama terdiam karna cekcok yang gak jelas itu,mereka saling pandang,lalu tertawa bersama,entah apa yang mereka tertawa kan.
"berarti kita impas", ujar Aqila di tengah tawa nya. Ari ikut mengangguk angguk sambil mereda kan tawa nya,lalu tatapan nya jatuh pada cewek yang berdiri di depan nya yang masih saja tertawa. Tanpa di sadari nya terukir seulas senyum di bibirnya.
.........
Selasa, 06 September 2016
Akhir Cerita? ~ Part 3
Aqila meregangkan tubuhnya yang pegal akibat mengangkat semua perlengkapan kemping kedalam bus yang akan di gunakan lusa nanti. Walau telah di bantu Ari.
Aqila meraih botol minum nya.
"sial pake kosong lagi", gerutunya sembari mengipas badannya yang panas dan penuh keringat.
Terjulur sebuah sapu tangan dan sebotol air mineral, Aqila mendongak dan mendapati Ari tengah tersenyum. Aqila hanya diam tanpa berniat mengambilnya.
"udah ambil aja,gak usah gengsi kali", ujar Ari dan duduk di samping Aqila.
Aqila meraih sapu tangan dan minuman itu dengan ragu,lalu meneguk air tersebut hingga setengah botol. Ia benar-benar haus untuk saat ini.
Tidak ada pembicaraan apa pun,hanya hening. Sama seperti tadi saat mereka membereskan perlengkapan kemping,hanya sibuk dengan barang masing-masing,tanpa berniat untuk mengobrol.
Aqila yang merasa canggung,melirik jam tangan nya. Pukul 6 sore,sebentar lagi pasti gelap.
"gue pulang dulu an ya,thanks minum nya", pamit nya sambil meraih tas lalu berjalan dengan cepat menuju gerbang.
Sudah pukul 6 berarti kemungkinan kecil bus menuju rumah nya masih ada. Aqila duduk di halte bus sendirian,sudah mulai magrib,tapi masih belum ada bus yang datang. Ia mulai gelisah,di tambah hp nya yang lowbat.
"aduhhh mana sih,sisa in satu kek buat gue pulang", ia mulai mengeluh,dan mondar mandir di halte. Aqila menatap jalanan yang mulai sepi,tiba-tiba di rasakannya sebuah tangan menyentuh pundak nya.
"aaaa", Aqila berteriak karena terlonjak kaget.
Setelah itu detik berikutnya terdengar gelak tawa dari belakang nya, Aqila membuka mata yang di tutupinya dengan tangan tadi,lalu beralih ke pada sumber suara.
Aqila menatap Ari tajam, "eh pake ketawa lagi lo,udah ngagetin gue,bukannya mintak maaf,malah ketawa lo", semprot Aqila dengan wajah yang sekarang bisa di bilang benar-benar murka.
"ya habis muka lo pas kaget tuh,bener - bener lucu tau gak", Ari masih saja tertawa geli,walau Aqila sudah mau meledak saat itu juga," ok ok sorry sory", Ari meredakan tawa nya saat di lihat nya pipi Aqila memerah akibat menahan amarah.
Aqila memalingkan wajahnya,dari pada harus ngeliat tampang belagu Ari, "awas aja lo besok dim,gara-gara lo gue harus berhadapan sama cowok tengil kyk gini", batinnya kesal.
Aqila melirik Ari setelah sekian detik cowok itu masih berdiri di halte bus tepat di samping nya, "ngapain lo masih disini?", Aqila menatap Ari tidak suka, "pulang sana", suruhnya.
"lo ngusir gue", Ari menunjuk dirinya sendiri dengan kedua alis terangkat.
"iya,lagian ngapain lo disini,lo bawa motor kan?", Ari mengangguk, " ya udah sana pulang,ganggu aja lo".
"o gue ganggu", Ari mengangguk-angguk kan kepalanya," oke no problem,padahal tadi gue mau nawarin lo pulang bareng", sindirnya.
"makasih tapi gue bisa pulang sendiri".
"yakin? Emang jam segini masih ada bus,gue perhatiin dari tadi gak ada yang lewat", Ari mengedarkan pandangan nya ke jalanan yang kosong,hanya ada beberapa motor yang melintas.
Aqila membenarkan ucapan Ari barusan,karna telah hampir satu jam ia menunggu,tapi satu pun belum ada yang lewat.
Aqila mulai gelagapan saat Ari menatap nya.
"ya udah,gue duluan ya", pamit Ari tersenyum dan menaiki motor ninja hijau nya.
1 detik 2 detik 3 detik....
"eh tunggu", Aqila bangkit dan menahan Ari yang hendak melaju meninggalkan halte,Ari mengangkat sebelah alis nya, "kenapa?".
Aqila mendadak jadi cewek gugup, "e... Gu...e ikut .. lo.. aja deh".
Ari tersenyum,dan meraih helm yang tergantung di jok belakang motornya,lalu menyerahkan nya pada Aqila, "maksa sih".
"diem lo" Aqila berubah jutek lagi,dan naik ke motor Ari.
Ari terkekeh pelan.
Aqila berpegangangan pada ujung jaket ari,ini pertama kalinya dalam sejarah hidup Aqila Renata naik motor,selama ini ia selalu di antar jemput oleh papa nya dengan mobil. Ari memang tidak ngebut,tapi entah kenapa mendadak Aqila jadi pucat.
Ari merasakan ketegangan cewek itu,lalu melirik di kaca spion,benar saja cewek yang di boncengnya pucat. Motor di tepikan Ari di pinggir jalan yang terlihat sepi.
"kok berenti?" , tanya Aqila, "lo gak mau bawa kabur gue kan", mulai curiga lagi pada Ari.
"lo tu ya,kerjaan nya prasangka buruk mulu sama gue"
"ya trus kenapa berhenti disini,rumah gue kan masih lumayan jauh"
"lo gak biasa ya naik motor?", Tanya Ari yang sukses bikin Aqila terdiam, tidak ada yang tau kalau Aqila takut naik motor,kecuali 4 orang teman nya itu dan papa nya. Jika di tanya alasan kenapa? Entah lah dia hanya takut jatuh jika naik motor.
"udah deh buruan,udah malem nih" , Aqila mengalihkan pembicaraan,karna malas menjawab pertanyaan Ari.
Ari mengangkat bahu cuek,dan memakai helm nya kembali. Motor nya kembali membelah jalanan jakarta yang mulai sepi. Aqila mengarahkan arah ke rumah nya. Di persimpangan kompleks terdapat tulisan, "komp cempaka".
Ari berbelok masuk ke dalam komplek itu,tepat di depan rumah besar bercat putih,Ari memberhentikan motornya. Tertera di tembok pagar ," nomor 02".
"gue baru tau lo satu kompleks sama Dimas", ujar nya sambil menerima helm yang di berikan Aqila.
"ya iya lah lo baru tau,kan pertama kali lo nganterin gue", Aqila telah turun dari motor Ari yang kini sedang memperhatikan lingkungan sekitar rumah nya.
Memang Aqila dan Dimas satu kompleks,namun beda gang,Aqila gang 3 sedangkan Dimas gang 4. Tak jarang Dimas menjemput Aqila untuk ke sekolah bareng, jika papa nya harus buru-buru ke kantor dan tak dapat mengantarnya ke sekolah.
"Aqila", terdengar panggilan yang sudah tidak asing lagi di indera pendengaran Aqila,mereka lantas mengarahkan pandangan ke sumber suara,tampak papa Aqila berjalan ke luar pagar.
"papa", Aqila menatap papa nya.
Hendra menatap putri nya sebentar,lalu beralih kepada orang yang mengantar putri nya. Dengan wajah tanpa ekspresi,dia meneliti Ari dari ujung rambut sampai ujung kaki. Takut sang putri di antar dengan cowok yang tidak benar.
Aqila menyadari kecurigaan dan intimidasi papa nya, "pa ini Ari,temen satu sekolah qila".
"Ari om ", menyalami tangan Hendra.
"Hendra,papa nya Aqila,makasih ya udah nganterin qila", tatapan yang tadi nya mengintimidasi,kini berubah santai di iringi senyuman.
"sama-sama om,ya udah saya pulang dulu ya om", pamit nya sopan dan di anggukan Hendra.
Ari melirik Aqila,dan tersenyum yang menurut Aqila benar-benar manis, "duluan qil".
Aqila mengangguk, sedikit terpesona degan senyuman Ari barusan. Motor Ari menghilang di belokan gang, namun mata nya masih terarah pada gang tersebut.
"ehermmm", terdengar deheman dari samping nya,siapa lagi kalau bukan papa nya.
Aqila beralih menatap hendra yang sekarang menaikkan satu alisnya,dan melipat tangan di depan dada,seperti menunggu penjelasan dari sang putri.
Aqila yang mengetahui arti tatapan itu,hanya nyengir dan secepat kilat mencium pipi kanan Hendra lalu berlari masuk.
Hendra geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri semata wayang nya itu,jika sudah mau di introgasi selalu kabur.
Aqila meraih botol minum nya.
"sial pake kosong lagi", gerutunya sembari mengipas badannya yang panas dan penuh keringat.
Terjulur sebuah sapu tangan dan sebotol air mineral, Aqila mendongak dan mendapati Ari tengah tersenyum. Aqila hanya diam tanpa berniat mengambilnya.
"udah ambil aja,gak usah gengsi kali", ujar Ari dan duduk di samping Aqila.
Aqila meraih sapu tangan dan minuman itu dengan ragu,lalu meneguk air tersebut hingga setengah botol. Ia benar-benar haus untuk saat ini.
Tidak ada pembicaraan apa pun,hanya hening. Sama seperti tadi saat mereka membereskan perlengkapan kemping,hanya sibuk dengan barang masing-masing,tanpa berniat untuk mengobrol.
Aqila yang merasa canggung,melirik jam tangan nya. Pukul 6 sore,sebentar lagi pasti gelap.
"gue pulang dulu an ya,thanks minum nya", pamit nya sambil meraih tas lalu berjalan dengan cepat menuju gerbang.
Sudah pukul 6 berarti kemungkinan kecil bus menuju rumah nya masih ada. Aqila duduk di halte bus sendirian,sudah mulai magrib,tapi masih belum ada bus yang datang. Ia mulai gelisah,di tambah hp nya yang lowbat.
"aduhhh mana sih,sisa in satu kek buat gue pulang", ia mulai mengeluh,dan mondar mandir di halte. Aqila menatap jalanan yang mulai sepi,tiba-tiba di rasakannya sebuah tangan menyentuh pundak nya.
"aaaa", Aqila berteriak karena terlonjak kaget.
Setelah itu detik berikutnya terdengar gelak tawa dari belakang nya, Aqila membuka mata yang di tutupinya dengan tangan tadi,lalu beralih ke pada sumber suara.
Aqila menatap Ari tajam, "eh pake ketawa lagi lo,udah ngagetin gue,bukannya mintak maaf,malah ketawa lo", semprot Aqila dengan wajah yang sekarang bisa di bilang benar-benar murka.
"ya habis muka lo pas kaget tuh,bener - bener lucu tau gak", Ari masih saja tertawa geli,walau Aqila sudah mau meledak saat itu juga," ok ok sorry sory", Ari meredakan tawa nya saat di lihat nya pipi Aqila memerah akibat menahan amarah.
Aqila memalingkan wajahnya,dari pada harus ngeliat tampang belagu Ari, "awas aja lo besok dim,gara-gara lo gue harus berhadapan sama cowok tengil kyk gini", batinnya kesal.
Aqila melirik Ari setelah sekian detik cowok itu masih berdiri di halte bus tepat di samping nya, "ngapain lo masih disini?", Aqila menatap Ari tidak suka, "pulang sana", suruhnya.
"lo ngusir gue", Ari menunjuk dirinya sendiri dengan kedua alis terangkat.
"iya,lagian ngapain lo disini,lo bawa motor kan?", Ari mengangguk, " ya udah sana pulang,ganggu aja lo".
"o gue ganggu", Ari mengangguk-angguk kan kepalanya," oke no problem,padahal tadi gue mau nawarin lo pulang bareng", sindirnya.
"makasih tapi gue bisa pulang sendiri".
"yakin? Emang jam segini masih ada bus,gue perhatiin dari tadi gak ada yang lewat", Ari mengedarkan pandangan nya ke jalanan yang kosong,hanya ada beberapa motor yang melintas.
Aqila membenarkan ucapan Ari barusan,karna telah hampir satu jam ia menunggu,tapi satu pun belum ada yang lewat.
Aqila mulai gelagapan saat Ari menatap nya.
"ya udah,gue duluan ya", pamit Ari tersenyum dan menaiki motor ninja hijau nya.
1 detik 2 detik 3 detik....
"eh tunggu", Aqila bangkit dan menahan Ari yang hendak melaju meninggalkan halte,Ari mengangkat sebelah alis nya, "kenapa?".
Aqila mendadak jadi cewek gugup, "e... Gu...e ikut .. lo.. aja deh".
Ari tersenyum,dan meraih helm yang tergantung di jok belakang motornya,lalu menyerahkan nya pada Aqila, "maksa sih".
"diem lo" Aqila berubah jutek lagi,dan naik ke motor Ari.
Ari terkekeh pelan.
Aqila berpegangangan pada ujung jaket ari,ini pertama kalinya dalam sejarah hidup Aqila Renata naik motor,selama ini ia selalu di antar jemput oleh papa nya dengan mobil. Ari memang tidak ngebut,tapi entah kenapa mendadak Aqila jadi pucat.
Ari merasakan ketegangan cewek itu,lalu melirik di kaca spion,benar saja cewek yang di boncengnya pucat. Motor di tepikan Ari di pinggir jalan yang terlihat sepi.
"kok berenti?" , tanya Aqila, "lo gak mau bawa kabur gue kan", mulai curiga lagi pada Ari.
"lo tu ya,kerjaan nya prasangka buruk mulu sama gue"
"ya trus kenapa berhenti disini,rumah gue kan masih lumayan jauh"
"lo gak biasa ya naik motor?", Tanya Ari yang sukses bikin Aqila terdiam, tidak ada yang tau kalau Aqila takut naik motor,kecuali 4 orang teman nya itu dan papa nya. Jika di tanya alasan kenapa? Entah lah dia hanya takut jatuh jika naik motor.
"udah deh buruan,udah malem nih" , Aqila mengalihkan pembicaraan,karna malas menjawab pertanyaan Ari.
Ari mengangkat bahu cuek,dan memakai helm nya kembali. Motor nya kembali membelah jalanan jakarta yang mulai sepi. Aqila mengarahkan arah ke rumah nya. Di persimpangan kompleks terdapat tulisan, "komp cempaka".
Ari berbelok masuk ke dalam komplek itu,tepat di depan rumah besar bercat putih,Ari memberhentikan motornya. Tertera di tembok pagar ," nomor 02".
"gue baru tau lo satu kompleks sama Dimas", ujar nya sambil menerima helm yang di berikan Aqila.
"ya iya lah lo baru tau,kan pertama kali lo nganterin gue", Aqila telah turun dari motor Ari yang kini sedang memperhatikan lingkungan sekitar rumah nya.
Memang Aqila dan Dimas satu kompleks,namun beda gang,Aqila gang 3 sedangkan Dimas gang 4. Tak jarang Dimas menjemput Aqila untuk ke sekolah bareng, jika papa nya harus buru-buru ke kantor dan tak dapat mengantarnya ke sekolah.
"Aqila", terdengar panggilan yang sudah tidak asing lagi di indera pendengaran Aqila,mereka lantas mengarahkan pandangan ke sumber suara,tampak papa Aqila berjalan ke luar pagar.
"papa", Aqila menatap papa nya.
Hendra menatap putri nya sebentar,lalu beralih kepada orang yang mengantar putri nya. Dengan wajah tanpa ekspresi,dia meneliti Ari dari ujung rambut sampai ujung kaki. Takut sang putri di antar dengan cowok yang tidak benar.
Aqila menyadari kecurigaan dan intimidasi papa nya, "pa ini Ari,temen satu sekolah qila".
"Ari om ", menyalami tangan Hendra.
"Hendra,papa nya Aqila,makasih ya udah nganterin qila", tatapan yang tadi nya mengintimidasi,kini berubah santai di iringi senyuman.
"sama-sama om,ya udah saya pulang dulu ya om", pamit nya sopan dan di anggukan Hendra.
Ari melirik Aqila,dan tersenyum yang menurut Aqila benar-benar manis, "duluan qil".
Aqila mengangguk, sedikit terpesona degan senyuman Ari barusan. Motor Ari menghilang di belokan gang, namun mata nya masih terarah pada gang tersebut.
"ehermmm", terdengar deheman dari samping nya,siapa lagi kalau bukan papa nya.
Aqila beralih menatap hendra yang sekarang menaikkan satu alisnya,dan melipat tangan di depan dada,seperti menunggu penjelasan dari sang putri.
Aqila yang mengetahui arti tatapan itu,hanya nyengir dan secepat kilat mencium pipi kanan Hendra lalu berlari masuk.
Hendra geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri semata wayang nya itu,jika sudah mau di introgasi selalu kabur.
Kamis, 01 September 2016
Akhir Cerita? ~ Part 2
Tepat pukul 2 siang jam pulang sekolah berbunyi,semua nya mulai meninggalkan sekolah. Kecuali pengurus-pengurus osis. Aqila termasuk pengurus osis dengan jabatan wakil ketua osis,semua nya telah berkumpul di ruang osis,rapat akan di pimpin oleh Dimas selaku ketua osis.
"oke semua nya,sebelumnya gue tdi udah bilang apa tujuan rapat kali ini,jadi gue minta pendapat kalian apa acara yang akan kita selenggarakan pada saat kemping?", menatap satu persatu anggota osis.
Lisa mengangkat tangannya, "gimana kalau kita bikin berupa games gitu,misalnya seperti game cari jejak dan itu bisa menguji ke kompakan" ,usulnya lantang.
Dimas manggut-manggut , "oke ide yang bagus,ada lagi?"
"Dimas,gue gak setuju sama pendapat dia" ,cewek yang memegang kipas di tangan kananya itu menunjuk Lisa dengan angkuhnya. "soalnya kalau game kyk gitu bisa bikin kita nyasar,dan pasti nya kotor banget" , ujarnya dengan ekpresi jijik.
"bener tuh apa kata Angel" , sahut 2 orang cewek yang ada di sebelah kiri dan kanan Angel. Rena dan Dina, dua dayang Angel yang setia ngikutin dia kemana saja.
Angel mengangguk dengan gaya khas nya,centil. Cewek hits yang manja,dan sok cantik. Emang sih cantik tapi sombong mintak ampun.
"eh kalau lo gak suka kotor,gak usah ikut", Aqila mentap tajam Angel.
Angel menggebrak meja, "gue gak ngomong sama lo ya".
"biasa aja bisa gak,gak usah gebrak-gebrak meja,lo pikir ni meja bokap lo yang beli ", Aqila mulai terpancing emosi,dari dulu sampai sekarang Angel dan Aqila emang gak pernah akur. Aqila membenci sifat Angel,sedangkan Angel mebenci Aqila.
"trus kenapa? masalah buat lo", angel berdiri dan berkacak pinggang ke arah Aqila.
"lo nguji kesabaran gue ya", Aqila bangkit dan mendekat ke arah angel,mereka saling tatap tajam,kalau saja Dimas tidak menengahi,mungkin Aqila dan Angel udah jambak-jambak kan,bahkan cakar-cakar ran.
"udah-udah,kita tu lagi rapat bukan liatin lo berdua berantem " ujar Dimas tegas,berdiri di tengah-tengah mereka berdua, " duduk! ", suruhnya.
Aqila mendengus dan duduk kembali ke kursi nya. Dengan emosi yang masih tertisa dia menatap Angel tajam begitu pun sebaliknya.
"udah qil,gak usah di ladenin", bisik Lisa,takut kalau Aqila ngamuk. Bisa bahaya kalau sahabatnya itu ngamuk disini,bisa-bisa semua meja,kursi dan lemari di balik-balik dan di hancurin. Kan gak lucu jadi nya.
Amukan Aqila sudah pernah terbukti,dan itu masih bersangkutan dengan Angel. Waktu itu Aqila,dan Lisa tengah makan siang di kantin,tiba-tiba Angel dengan sengaja menyenggol Aqila dan menumpah kan jus yang di bawa nya tepat ke seragam Aqila. Pasti nya Aqila marah dan membalik meja kantin,bahkan hendak melempar Angel dengan kursi,untungnya Lisa menahan dan meredakan emosi Aqila.
30 menit rapat berlangsung,akhirnya di dapat kesepakatan akhir. Usulan dari Lisa tadi di terima baik oleh semua pengurus osis kecuali Angel dan teman-teman nya. Mereka masih tidak setuju dengan keputusan itu. Selama rapat berlangsung Aqila dan Angel selalu cek cok,sampai-sampai Dimas kewalahan sendiri menghadapi nya.
Masalah konsumsi juga sudah di serahkan pada Lisa selaku bendahara dan akan di hendel bersama panitia konsumsi. Aqila yang akan menyiapkan tenda dan perlengkapan lainnya bersama panitia yang tersisa.
"qil lo mau ikut kita gak pergi beli konsumsi?", tanya Lisa saat berjalan keluar ruang osis.
"hmm gak usah deh,kan gue mesti nyiapin perlengkapan kemping lusa".
"ya udah kalau gitu gue sama Lisa cabut ya", ujar Dimas sambil mengacak-acak rambut Aqila lalu tersenyum dan di balas juga dengan senyuman oleh Aqila.
Aqila berjalan menuju gudang sekolah,tempat perlengkapan kemping di letakkan. Sekolah benar-benar telah sepi,bisa di bilang hanya Aqila yang masih tersisa,dan pasti nya satpam yang berjaga di depan gerbang. Tapi Aqila bukan tipe cewek penakut,malah, selain cantik,cewek berambut panjang sebahu itu di kenal sebagai cewek pemberani plus paling jutek di SMA Bakti jaya. Tapi Aqila juga dikenal baik di kalangan teman-teman nya.
Bruuukkk...
Aqila meraskan tubuhnya menabrak sesuatu yang keras,tubuh Aqila terhuyung kebelakang. Punggung nya sukses membentur lantai yang keras nya melebihi apa yang di tabrak tadi.
"awww", Aqila meringis dan memegang pinggangnya yang sakit.
"sorry gue gak sengaja", seseorang mengulurkan tangannya,dengan niat membantu Aqila berdiri.
Cowok tinggi itu masih saja membukuk dengan tangan terulur,Aqilamenepis tangan itu kuat2, " lo kalau jalan pake mata dong,udah tau badan lo lebih gede di banding gue,pake nabrak-nabrak lagi", semprot Aqila sambil berdiri dan menatap tajam cowok tersebut.
Fostur tubuh cowok itu tinggi dan tegap,bahkan Aqila hanya setinggi bahu nya. Aqila mendongak menatap cowok itu, dia tau cowok ini adalah salah satu tim basket di sekolah juga.
Aqila mulai melihat gerak gerik cowok itu yang mulai mencurigakan,cowok itu menatap Aqila dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"ngapain sih lo liatin gue kyk gitu,awas ya lo macem-macem gue teriak nih", ancam nya menunjuk wajah cowok tsb.
"lo Aqila Renata kan?", tanya cowok tersebut seraya menunjuk Aqila,memastikan kalau dia tidak salah orang.
Aqila mengangkat sebelah alisnya, "eh seantero sekolah juga tau gue Aqila", ujar nya jutek. Kenapa enggak secara dia adalah wakil ketua osis.
"ya kan gue mastiin aja,galak banget sih lo", cowok itu berusaha sesantai mungkin pada Aqila ,namun tidak dengan Aqila, dia menatap cowok itu masih degan tampang tidak suka.
"lo gak tau siapa gue,gue Ari,salah satu anak basket", tanpa di suruh cowok itu memperkenalkan nama nya. Memang sih Aqila tidak tau siapa nama cowok ini,karna bukan teman sekelas nya juga,tapi dia tidak berharap cowok yang bernama Ari ini memperkenalkan diri,ya walaupun dia charming,dan ganteng.
"gak nanya", Aqila melengos pergi gitu aja,meninggalkan Ari yang tampak bingung, "bukannya gue di tugasin sama Dimas buat bantuin dia ya,kok dia gitu", pikir nya heran, "eeh tunggu", ari mengerjar Aqila yang menghilang di belokan koridor.
.........
"oke semua nya,sebelumnya gue tdi udah bilang apa tujuan rapat kali ini,jadi gue minta pendapat kalian apa acara yang akan kita selenggarakan pada saat kemping?", menatap satu persatu anggota osis.
Lisa mengangkat tangannya, "gimana kalau kita bikin berupa games gitu,misalnya seperti game cari jejak dan itu bisa menguji ke kompakan" ,usulnya lantang.
Dimas manggut-manggut , "oke ide yang bagus,ada lagi?"
"Dimas,gue gak setuju sama pendapat dia" ,cewek yang memegang kipas di tangan kananya itu menunjuk Lisa dengan angkuhnya. "soalnya kalau game kyk gitu bisa bikin kita nyasar,dan pasti nya kotor banget" , ujarnya dengan ekpresi jijik.
"bener tuh apa kata Angel" , sahut 2 orang cewek yang ada di sebelah kiri dan kanan Angel. Rena dan Dina, dua dayang Angel yang setia ngikutin dia kemana saja.
Angel mengangguk dengan gaya khas nya,centil. Cewek hits yang manja,dan sok cantik. Emang sih cantik tapi sombong mintak ampun.
"eh kalau lo gak suka kotor,gak usah ikut", Aqila mentap tajam Angel.
Angel menggebrak meja, "gue gak ngomong sama lo ya".
"biasa aja bisa gak,gak usah gebrak-gebrak meja,lo pikir ni meja bokap lo yang beli ", Aqila mulai terpancing emosi,dari dulu sampai sekarang Angel dan Aqila emang gak pernah akur. Aqila membenci sifat Angel,sedangkan Angel mebenci Aqila.
"trus kenapa? masalah buat lo", angel berdiri dan berkacak pinggang ke arah Aqila.
"lo nguji kesabaran gue ya", Aqila bangkit dan mendekat ke arah angel,mereka saling tatap tajam,kalau saja Dimas tidak menengahi,mungkin Aqila dan Angel udah jambak-jambak kan,bahkan cakar-cakar ran.
"udah-udah,kita tu lagi rapat bukan liatin lo berdua berantem " ujar Dimas tegas,berdiri di tengah-tengah mereka berdua, " duduk! ", suruhnya.
Aqila mendengus dan duduk kembali ke kursi nya. Dengan emosi yang masih tertisa dia menatap Angel tajam begitu pun sebaliknya.
"udah qil,gak usah di ladenin", bisik Lisa,takut kalau Aqila ngamuk. Bisa bahaya kalau sahabatnya itu ngamuk disini,bisa-bisa semua meja,kursi dan lemari di balik-balik dan di hancurin. Kan gak lucu jadi nya.
Amukan Aqila sudah pernah terbukti,dan itu masih bersangkutan dengan Angel. Waktu itu Aqila,dan Lisa tengah makan siang di kantin,tiba-tiba Angel dengan sengaja menyenggol Aqila dan menumpah kan jus yang di bawa nya tepat ke seragam Aqila. Pasti nya Aqila marah dan membalik meja kantin,bahkan hendak melempar Angel dengan kursi,untungnya Lisa menahan dan meredakan emosi Aqila.
30 menit rapat berlangsung,akhirnya di dapat kesepakatan akhir. Usulan dari Lisa tadi di terima baik oleh semua pengurus osis kecuali Angel dan teman-teman nya. Mereka masih tidak setuju dengan keputusan itu. Selama rapat berlangsung Aqila dan Angel selalu cek cok,sampai-sampai Dimas kewalahan sendiri menghadapi nya.
Masalah konsumsi juga sudah di serahkan pada Lisa selaku bendahara dan akan di hendel bersama panitia konsumsi. Aqila yang akan menyiapkan tenda dan perlengkapan lainnya bersama panitia yang tersisa.
"qil lo mau ikut kita gak pergi beli konsumsi?", tanya Lisa saat berjalan keluar ruang osis.
"hmm gak usah deh,kan gue mesti nyiapin perlengkapan kemping lusa".
"ya udah kalau gitu gue sama Lisa cabut ya", ujar Dimas sambil mengacak-acak rambut Aqila lalu tersenyum dan di balas juga dengan senyuman oleh Aqila.
Aqila berjalan menuju gudang sekolah,tempat perlengkapan kemping di letakkan. Sekolah benar-benar telah sepi,bisa di bilang hanya Aqila yang masih tersisa,dan pasti nya satpam yang berjaga di depan gerbang. Tapi Aqila bukan tipe cewek penakut,malah, selain cantik,cewek berambut panjang sebahu itu di kenal sebagai cewek pemberani plus paling jutek di SMA Bakti jaya. Tapi Aqila juga dikenal baik di kalangan teman-teman nya.
Bruuukkk...
Aqila meraskan tubuhnya menabrak sesuatu yang keras,tubuh Aqila terhuyung kebelakang. Punggung nya sukses membentur lantai yang keras nya melebihi apa yang di tabrak tadi.
"awww", Aqila meringis dan memegang pinggangnya yang sakit.
"sorry gue gak sengaja", seseorang mengulurkan tangannya,dengan niat membantu Aqila berdiri.
Cowok tinggi itu masih saja membukuk dengan tangan terulur,Aqilamenepis tangan itu kuat2, " lo kalau jalan pake mata dong,udah tau badan lo lebih gede di banding gue,pake nabrak-nabrak lagi", semprot Aqila sambil berdiri dan menatap tajam cowok tersebut.
Fostur tubuh cowok itu tinggi dan tegap,bahkan Aqila hanya setinggi bahu nya. Aqila mendongak menatap cowok itu, dia tau cowok ini adalah salah satu tim basket di sekolah juga.
Aqila mulai melihat gerak gerik cowok itu yang mulai mencurigakan,cowok itu menatap Aqila dari ujung kaki sampai ujung rambut.
"ngapain sih lo liatin gue kyk gitu,awas ya lo macem-macem gue teriak nih", ancam nya menunjuk wajah cowok tsb.
"lo Aqila Renata kan?", tanya cowok tersebut seraya menunjuk Aqila,memastikan kalau dia tidak salah orang.
Aqila mengangkat sebelah alisnya, "eh seantero sekolah juga tau gue Aqila", ujar nya jutek. Kenapa enggak secara dia adalah wakil ketua osis.
"ya kan gue mastiin aja,galak banget sih lo", cowok itu berusaha sesantai mungkin pada Aqila ,namun tidak dengan Aqila, dia menatap cowok itu masih degan tampang tidak suka.
"lo gak tau siapa gue,gue Ari,salah satu anak basket", tanpa di suruh cowok itu memperkenalkan nama nya. Memang sih Aqila tidak tau siapa nama cowok ini,karna bukan teman sekelas nya juga,tapi dia tidak berharap cowok yang bernama Ari ini memperkenalkan diri,ya walaupun dia charming,dan ganteng.
"gak nanya", Aqila melengos pergi gitu aja,meninggalkan Ari yang tampak bingung, "bukannya gue di tugasin sama Dimas buat bantuin dia ya,kok dia gitu", pikir nya heran, "eeh tunggu", ari mengerjar Aqila yang menghilang di belokan koridor.
.........
Langganan:
Komentar (Atom)