Aqila menatap tajam dua orang yang ada di depan nya ini dengan bergantian. Dimas dan Lisa yang merasa Aqila menatapi mereka dengan begitu intens saling pandang bingung.
"qil lo kenapa sih?", tanya Lisa.
"ngapain lo liatin kita kyk gitu?", kali ini Dimas angkat suara sambil mentap sahabat nya itu bingung.
Aqila mendekatkan wajahnya pada mereka, Lisa dan Dimas sedikit memundurkan kepalanya. " kalian tu bego,apa pura-pura bodoh", menatap mereka dengan intimidasi, "terutama elo", menunjuk Dimas.
"maksud lo? Emang gue ngapain?", Dimas mengernyitkan dahi nya.
"apa an coba maksud lo,nyuruh si Ari Ari itu buat bantuin gue beres-beres perlengkapan kemping?", Aqila akhirnya bersuara lagi yang kini telah berkacak pinggang.
"ya elah itu doang juga,slow aja kali kali qil", dengan santainya Dimas menjawab.
Aqila menatap nya makin tajam,wajahnya telah memerah ingin meledak,Lisa menyenggol lengan Dimas dengan pandangan masih pada orang yang sebentar lagi siap untuk memuntah kan lahar panas.
Dimas menghembuskan nafas berat ," ok ok gue minta maaf,tapi gue nyuruh Ari karna gue gak tega ngeliat lo sendirian di sekolah buat beres-beres, merangkul Aqila, "udah dong jangan marah".
Aqila memalingkan wajah nya kesal.
"lagian lo kenapa sebete ini sih?"
"eh pake nanya lagi lo,kalau dia gak tengil,gue gak akan sebete ini,ngerti lo", suara Aqila mulai meninggi.
"ya udah deh gue kan udah minta maaf,lain kali gak lagi deh,maaf ya", Dimas mencubit pipi Aqila sambil tersenyum jail.
"Dimas apa an sih lo nyubit-nyubit", menepis tangan Dimas.
Dimas tersenyum dan mengeratkan rangkulannya. Lisa tersenyum sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah dua sahabat nya ini, sudah terdengar tawa dan canda mereka, diantara yag lain nya emang Dimas dan Aqila lah yang sering bercanda bersama. Kalau sama Adit jangan kan bercanda, ngomong aja gak bakal bisa, kalau dia udah megang buku.
"eh eh apa apa an nih", Dafa tiba2 datang dan melepaskan tangan Dimas yang merangkul Aqila. Tawa kedua nya hilang,apalagi Aqila,wajahnya langsung berubah malas.
"apa an sih lo daf", ujar Dimas kesal.
"lo nikung gue lo ya".
"siapa yang nikung lo? Gak usah sok sensi lo,emang Aqila pacar lo?"
"qila itu emang bukan pacar gue,tapi bakal jadi calon pacar,ya kan qil", tersenyum manis pada Aqila.
"nih calon pacar buat lo", menginjak kaki Dafa dan keluar dari kelas,malas untuk melihat tampang sok ganteng nya dafa.
Dafa refleks memegang kaki nya yang barusan di injak pujaan hatinya, dengan wajah yang meringis kesakitan, "awww, gila ya si qila, cantik-cantik tenaga nya kayak cowok".
Tawa Lisa dan Dimas pecah melihat sahabat nya itu, sudah jatuh tertimpa tangga pula,sudah di tolak berkali kali, nah sekarang malah dapet injakan maut dari seorang Aqila.
.........
"hai kak qila"
"pagi kak"
"makin cantik aja kak".
"kak Aqila".
Hiruk pikuk itu terdengar saat Aqila melewati koridor lantai satu,ia hanya membalas dengan senyuman. Siapa yang tidak terpesona dengan seorang Aqila Renata,cewek cantik dengan mata coklat dan hidung yang lumayan mancung,tajir,pintar, dan baik itu.
"cie kakak makin cantik aja".
Aqila mengerutkan dahinya,seperti tak asing dengan suara yang satu itu. Dia menoleh ke belakang dan mendapati seseorang tengah tersenyum padanya.
"hai"
"sok manis banget lo", balas nya ketus.
"eh emang lo gak tau kalau gue itu emang manis,ganteng lagi" , membentuk pose persis seperti cowok-cowok cool. Aqila menaikkan sebelah alisnya,lalu memutar mata nya malas.
"kiamat dunia bentar lagi,kalau semua cowok kyk begini", gumam nya dan melanjutkan jalan menuju kantin,Ari tersenyum dan mengikuti Aqila dari belakang.
Aqila yang tau ia tengah di ikuti mendengus kesal. Ari yang kaget langsung menubruk Aqila yang tiba-tiba berhenti.
"aduhhh,elo tu ya", Aqila menggeram kesal karna ia terjatuh dengan posisi lutut dan kedua tanganya menjadi tumpuan.
"sorry-sory gue gak sengaja", Ari memegang pundak cewek itu untuk membantu nya berdiri.
"ih elo ya,kemaren lo juga nabrak gue,sekarang lo nubruk gue juga,lo pengen bikin badan gue retak gara-gara di tabrak sama lo terus", suara Aqila menggelegar di sepanjang koridor lantai satu,ia masih memegang lututnya yang terasa sakit.
Perhatian semua orang tertuju pada mereka,bukan hanya anak kelas 10 tapi juga beberapa guru yang lewat disana.
Aqila sudah siap akan menyemprot Ari lagi,namun belum apa-apa mulutnya sudah di bekap Ari, ia memukul-mukul tangan Ari yang berada di mulutnya.
"lo gak liat kita jadi pusat perhatian kayak gini,udah diem", bisiknya tepat di telinga Aqila.
"kalian lagi ngapain,ini sekolah bukan tempat pacaran", Buk Santi,guru agama di SMA Bakti Jaya angkat suara. Jelas mereka di kira pacaran,karna Ari membekap mulut Aqila dari belakang dengan satu tangannya yang ada di pundak Aqila.
"enggak kok buk,ini juga mau pergi,misi ya buk", tersenyum sekilas,dan menarik Aqila ke samping sekolah yang sepi,dengan tujuan kalau Aqila teriak-teriak lagi gak bakal ada yang denger.
"apa-apa an sih lo", melepaskan tangan Ari dari mulutnya,dan menatap cowok tersebut dengan tatapan kesal.
Ari hanya diam tanpa merespon sedikit pun,ia melipat tangannya di depan dada,dan bersandar di dinding dengan wajah cool. Dia menatap Aqila tanpa berkedip, bukan tatapan terpesona, karna ada cewek cantik yang berdiri di depan nya,tapi dengan tatapan datar.
Aqila mendengus kesal karna melihat tampang songong di depannya ini, "bener-bener tengil lo ya", tunjuknya.
"lo tu emang cewek ribet ya,tdi aja di tempat rame lo teriak-teriak,nah giliran gue bawa ke tempat sepi lo diem,udah marah-marah aja lo depan gue,nih gue udah siapin telinga buat ngedengerin", mendektkan telinga nya pada Aqila.
Aqila mendorong Ari cukup kuat, "tengil", ia membalikkan badan,ngilu di lutunya kembali terasa saat dia mulai melangkah dengan satu tangan memegang lutunya. Dirasakan nya sebuah tangan memegang pundak nya,detik berikut nya ia sudah duduk di lantai dengan Ari di depan nya.
Ari memperhatikan lutut Aqila,dan hendak memegang nya,namun dengan cepat di tepis cewek itu.
"mau ngapain lo? Jangan modus deh".
"siapa yang mau modus? Gue mau nolongin juga,malah di marah-marah hin", Ari mulai kesal dengan sikap Aqila yang terus mencuragai nya.
Aqila menyadari perubahan mimik wajah cowok yang sekarang membuang muka darinya, ia meraih tangan Ari saat cowok itu bangkit dan hendak pergi.
Mereka saling tatap,saat tangan Aqila menggengam tangan Ari. Sedetik kemudin Aqila mulai menyadari tindakan nya,dan dengan cepat melepaskan tangan yang sedaritadi di pegang nya.
Ari hanya diam, "ya udah deh gue minta maaf,bantuin dong,masak lo ninggalin gue disini".
Ari mendengus dan membantu Aqila berdiri.
"gue baru tau, ternyata cowok kayak lo suka ngambek juga ya".
Ari menatap Aqila datar, "ada apa orang yang mau di curiga-curiga in, dan disalah-salah hin,nyata-nyata elo yang salah,berhenti mendadak,ya udah ketabrak kan"
"nah elo ngapain jalan di belakang gue".
"suka-suka gue lah".
"ya udah suka-suka gue juga lah".
Detik berikut nya mereka sama-sama terdiam karna cekcok yang gak jelas itu,mereka saling pandang,lalu tertawa bersama,entah apa yang mereka tertawa kan.
"berarti kita impas", ujar Aqila di tengah tawa nya. Ari ikut mengangguk angguk sambil mereda kan tawa nya,lalu tatapan nya jatuh pada cewek yang berdiri di depan nya yang masih saja tertawa. Tanpa di sadari nya terukir seulas senyum di bibirnya.
.........
Tidak ada komentar:
Posting Komentar