Aqila meregangkan tubuhnya yang pegal akibat mengangkat semua perlengkapan kemping kedalam bus yang akan di gunakan lusa nanti. Walau telah di bantu Ari.
Aqila meraih botol minum nya.
"sial pake kosong lagi", gerutunya sembari mengipas badannya yang panas dan penuh keringat.
Terjulur sebuah sapu tangan dan sebotol air mineral, Aqila mendongak dan mendapati Ari tengah tersenyum. Aqila hanya diam tanpa berniat mengambilnya.
"udah ambil aja,gak usah gengsi kali", ujar Ari dan duduk di samping Aqila.
Aqila meraih sapu tangan dan minuman itu dengan ragu,lalu meneguk air tersebut hingga setengah botol. Ia benar-benar haus untuk saat ini.
Tidak ada pembicaraan apa pun,hanya hening. Sama seperti tadi saat mereka membereskan perlengkapan kemping,hanya sibuk dengan barang masing-masing,tanpa berniat untuk mengobrol.
Aqila yang merasa canggung,melirik jam tangan nya. Pukul 6 sore,sebentar lagi pasti gelap.
"gue pulang dulu an ya,thanks minum nya", pamit nya sambil meraih tas lalu berjalan dengan cepat menuju gerbang.
Sudah pukul 6 berarti kemungkinan kecil bus menuju rumah nya masih ada. Aqila duduk di halte bus sendirian,sudah mulai magrib,tapi masih belum ada bus yang datang. Ia mulai gelisah,di tambah hp nya yang lowbat.
"aduhhh mana sih,sisa in satu kek buat gue pulang", ia mulai mengeluh,dan mondar mandir di halte. Aqila menatap jalanan yang mulai sepi,tiba-tiba di rasakannya sebuah tangan menyentuh pundak nya.
"aaaa", Aqila berteriak karena terlonjak kaget.
Setelah itu detik berikutnya terdengar gelak tawa dari belakang nya, Aqila membuka mata yang di tutupinya dengan tangan tadi,lalu beralih ke pada sumber suara.
Aqila menatap Ari tajam, "eh pake ketawa lagi lo,udah ngagetin gue,bukannya mintak maaf,malah ketawa lo", semprot Aqila dengan wajah yang sekarang bisa di bilang benar-benar murka.
"ya habis muka lo pas kaget tuh,bener - bener lucu tau gak", Ari masih saja tertawa geli,walau Aqila sudah mau meledak saat itu juga," ok ok sorry sory", Ari meredakan tawa nya saat di lihat nya pipi Aqila memerah akibat menahan amarah.
Aqila memalingkan wajahnya,dari pada harus ngeliat tampang belagu Ari, "awas aja lo besok dim,gara-gara lo gue harus berhadapan sama cowok tengil kyk gini", batinnya kesal.
Aqila melirik Ari setelah sekian detik cowok itu masih berdiri di halte bus tepat di samping nya, "ngapain lo masih disini?", Aqila menatap Ari tidak suka, "pulang sana", suruhnya.
"lo ngusir gue", Ari menunjuk dirinya sendiri dengan kedua alis terangkat.
"iya,lagian ngapain lo disini,lo bawa motor kan?", Ari mengangguk, " ya udah sana pulang,ganggu aja lo".
"o gue ganggu", Ari mengangguk-angguk kan kepalanya," oke no problem,padahal tadi gue mau nawarin lo pulang bareng", sindirnya.
"makasih tapi gue bisa pulang sendiri".
"yakin? Emang jam segini masih ada bus,gue perhatiin dari tadi gak ada yang lewat", Ari mengedarkan pandangan nya ke jalanan yang kosong,hanya ada beberapa motor yang melintas.
Aqila membenarkan ucapan Ari barusan,karna telah hampir satu jam ia menunggu,tapi satu pun belum ada yang lewat.
Aqila mulai gelagapan saat Ari menatap nya.
"ya udah,gue duluan ya", pamit Ari tersenyum dan menaiki motor ninja hijau nya.
1 detik 2 detik 3 detik....
"eh tunggu", Aqila bangkit dan menahan Ari yang hendak melaju meninggalkan halte,Ari mengangkat sebelah alis nya, "kenapa?".
Aqila mendadak jadi cewek gugup, "e... Gu...e ikut .. lo.. aja deh".
Ari tersenyum,dan meraih helm yang tergantung di jok belakang motornya,lalu menyerahkan nya pada Aqila, "maksa sih".
"diem lo" Aqila berubah jutek lagi,dan naik ke motor Ari.
Ari terkekeh pelan.
Aqila berpegangangan pada ujung jaket ari,ini pertama kalinya dalam sejarah hidup Aqila Renata naik motor,selama ini ia selalu di antar jemput oleh papa nya dengan mobil. Ari memang tidak ngebut,tapi entah kenapa mendadak Aqila jadi pucat.
Ari merasakan ketegangan cewek itu,lalu melirik di kaca spion,benar saja cewek yang di boncengnya pucat. Motor di tepikan Ari di pinggir jalan yang terlihat sepi.
"kok berenti?" , tanya Aqila, "lo gak mau bawa kabur gue kan", mulai curiga lagi pada Ari.
"lo tu ya,kerjaan nya prasangka buruk mulu sama gue"
"ya trus kenapa berhenti disini,rumah gue kan masih lumayan jauh"
"lo gak biasa ya naik motor?", Tanya Ari yang sukses bikin Aqila terdiam, tidak ada yang tau kalau Aqila takut naik motor,kecuali 4 orang teman nya itu dan papa nya. Jika di tanya alasan kenapa? Entah lah dia hanya takut jatuh jika naik motor.
"udah deh buruan,udah malem nih" , Aqila mengalihkan pembicaraan,karna malas menjawab pertanyaan Ari.
Ari mengangkat bahu cuek,dan memakai helm nya kembali. Motor nya kembali membelah jalanan jakarta yang mulai sepi. Aqila mengarahkan arah ke rumah nya. Di persimpangan kompleks terdapat tulisan, "komp cempaka".
Ari berbelok masuk ke dalam komplek itu,tepat di depan rumah besar bercat putih,Ari memberhentikan motornya. Tertera di tembok pagar ," nomor 02".
"gue baru tau lo satu kompleks sama Dimas", ujar nya sambil menerima helm yang di berikan Aqila.
"ya iya lah lo baru tau,kan pertama kali lo nganterin gue", Aqila telah turun dari motor Ari yang kini sedang memperhatikan lingkungan sekitar rumah nya.
Memang Aqila dan Dimas satu kompleks,namun beda gang,Aqila gang 3 sedangkan Dimas gang 4. Tak jarang Dimas menjemput Aqila untuk ke sekolah bareng, jika papa nya harus buru-buru ke kantor dan tak dapat mengantarnya ke sekolah.
"Aqila", terdengar panggilan yang sudah tidak asing lagi di indera pendengaran Aqila,mereka lantas mengarahkan pandangan ke sumber suara,tampak papa Aqila berjalan ke luar pagar.
"papa", Aqila menatap papa nya.
Hendra menatap putri nya sebentar,lalu beralih kepada orang yang mengantar putri nya. Dengan wajah tanpa ekspresi,dia meneliti Ari dari ujung rambut sampai ujung kaki. Takut sang putri di antar dengan cowok yang tidak benar.
Aqila menyadari kecurigaan dan intimidasi papa nya, "pa ini Ari,temen satu sekolah qila".
"Ari om ", menyalami tangan Hendra.
"Hendra,papa nya Aqila,makasih ya udah nganterin qila", tatapan yang tadi nya mengintimidasi,kini berubah santai di iringi senyuman.
"sama-sama om,ya udah saya pulang dulu ya om", pamit nya sopan dan di anggukan Hendra.
Ari melirik Aqila,dan tersenyum yang menurut Aqila benar-benar manis, "duluan qil".
Aqila mengangguk, sedikit terpesona degan senyuman Ari barusan. Motor Ari menghilang di belokan gang, namun mata nya masih terarah pada gang tersebut.
"ehermmm", terdengar deheman dari samping nya,siapa lagi kalau bukan papa nya.
Aqila beralih menatap hendra yang sekarang menaikkan satu alisnya,dan melipat tangan di depan dada,seperti menunggu penjelasan dari sang putri.
Aqila yang mengetahui arti tatapan itu,hanya nyengir dan secepat kilat mencium pipi kanan Hendra lalu berlari masuk.
Hendra geleng-geleng kepala melihat kelakuan putri semata wayang nya itu,jika sudah mau di introgasi selalu kabur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar